SISTEM
ELIMINASI
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Manusia dalam kehidupannya dikatakan makhluk
hidup karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan dan
mengeluarkan metabolisme (eliminasi) karena peran masing-masing organ. Salah
satunya adalah kegiatan tubuh dalam membuang sisa-sisa metabolisme atau disebut
eliminasi. Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas
pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak
dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguanseperti Urgensi,
Disuria, Inkontinensia urin, Perubahan pola eliminasi urin. Selain berbagai
macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada sistem organ
lainnya seperti gangguan pencernaan,eskresi dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ELIMINASI
Merupakan proses pembuangan sisa
metabolism tubuh berupa urin dan alvi. Kebutuhan eliminasi ini dibagi menjadi
2, yaitu eliminasi urin dan eliminasi alvi.
Jenis-jenis eliminasi :
A.1. ELIMINASI URIN ( BAK)
Eliminasi urin merupakan kebutuhan
manusia dimana berperan menentukan kelangsungan hidup manusia dan menjaga
homeostasis tubuh.
1.
SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM
ELIMINASI URINE
-
Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh dan juga menyaring bagian dari darah
untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas nefron dimana
melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal. Kemudian di
salurkan melalui ureter ke kandung kemih.
-
Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas otot halus
yang berfungsi sebagai penampung air seni (urin). Penyaluran rangsangan ke
kandung kemih dan rangsangan moboris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh
sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur dan
terjadi kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin tetap tinggal dalam
kandung kemih.
-
Uretra
Uretra berfungsi untuk menyalurkan urin
ke bagian luar
Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ). Vesika urinaria
dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400 cc (dewasa) dan
200-250 cc (anak-anak). Setelah menerma rangsang lalu diteruskan melalui
medulla spinalis ke pusat pengontrol di korteks serebral. Selanjutnya otak
memberi rangsangan (impuls) melalui medulla spinalis ke neuro motoris. Di
daerah seleral,terjadi nkontraksi otot ditrusor dan di relaksasi otot sphincter
internal.
Urine
dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih tetahan untuk spikter eksternal.
Jika waktu memungkinkan spinc eksternal akan relaksasi dan mengeluarkan urine.
Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine ini tentunya dipengaruhi oleh
beberapa factor dimana jika faktor-faktor ini mengalami masalah atau tidak
bekerja dengan baik maka akan menimbulkan gangguan-gangguan pada eliminasi
urine. Berikut ini beberapa faktor dan gangguan yang terjadi dalam eliminasi
urine
2.
FAKTOR ELIMINASI URIN
1. Diet
dan asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi out put urine.
2. Respon
Kebiasaan mengabaikan keinginan untuk
berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan didalam vesika urrinaria
sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran hidup
3. Kondisi
penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi
produksi urine seperti diabetes mellitus dan lain-lain
3.
GANGGUAN-GNGGUAN ELIMINASI URIN
1. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang
takut mengalami inkontinesianjika tidak berkemih.
2. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan
kesulitan dalam berkemih.
3. Inkontinensia
urin
Ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap dalam mengontrol eskresi.
4. Perubahan
pola eliminasi urin
Keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urin karena obstruksi anatomis kerusakan motorik
sensorik dan infeksi saluran kemih.
4.
TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI
URIN
1. Pengumpulan
urin untuk bahan pemeriksaan
-
Pengambilan urin biasa
Pengambilan urin biasa merupakan
pengambilan urin seperti buang air kecil biasa digunakan untuk pemeriksaan
kadar gula dealam urin dan lain-lain.
-
P.U.S
Menggunakan alat steril, biasanya
dilakukan dengan kateterisasi.
-
P.U.S 24 jam
Bertujuan untuk mengetahui jumlah urin
selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output serta fungsi ginjal.
2. Buang
air kecil dengan urineal
Hal ini dilakukan untuk menampung urin
dan mengetahui kelainan dari urin (warna dan jumlah) pada pasien yang tidak
mampu buang air kecil sendiri.
3. Melakukan
keteterisasi
Tindakan memasukkan kateter ke dalam
kantong kemih melalui uretra. Kateterisasi terbagi menjadi 2 tipe intermiten
(straight kateter) dan tipe indwelling (foley kateter):
Tipe intermiten
a. Tidak
mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b. Retensi
akut setelah trauma uretra.
c. Tidak
mampu berkemih akibat obat sedaktif atau analgesik.
d. Cedera
tualng belakang.
e. Degenerasi
neuromuskular secara progresif.
f.
Untuk mengeluarkan urine residual.
Tipe indwelling
a. Obstruksi
aliran urine.
b. Post
op uretra dan struktur disektitarnya (TUR-P).
c.
Obstruksi uretra.
A.2. Eliminasi alvi
(BAB)
Sistem tubuh
yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (BAB) adalah sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar pada batas
antara usus besar dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal. Katup ini
biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah
produk buangan untuk kembali keusus halus. Produk buangan yang memasuki usus
besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000
ml cairan.
1. PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)
Defekasi
adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum sum
tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian
dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk
buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor . Feses terdiri atas
sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang
seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi
klenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh.
Secara
umum , terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama,
refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses)
dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai dianus, lalu pada
saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua ,
reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf
rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden, kemudian kesigmoid,
lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi
sfingter interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal
berelaksasi.
2. GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI ALVI
a. Konstipasi
Kontipasi
merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga
menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras,atau keluarnya tinja terlalu keras
dan kering.
Tanda klinis:
a.
adanya feses yang keras.
b.
defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c.
menurunnya bising usus.
d.
adanya keluhan pada rektum.
e.
nyeri saat mengejan dan defekasi.
f.
adanya perasaan masih ada feses.
Kemungkinan
penyebab:
a.defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena
cedera serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c.
nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e.
penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f.
proses menua(usia lanjut).
b. Diare
Diare
merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin
ada rasa mual dan muntah.
Tanda klinis :
a.
Adanya pengeluaran feses cair.
b.
Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c.
Nyeri atau kram abdomen.
d.
Bising usus meningkat.
Kemungkinan
penyebab :
a.
Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b.
Peningkatan peristaltik karena peningkatan
metabolisme.
c.
Efek tindakan pembedahan usus.
d.
Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia,
antibiotik, dan lain-lain.
e.
Sters psikologis
c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang
mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami proses
pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut juga sebagai inkontinensia
alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses
dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a.
Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan
penyabab :
a.
Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,
pembehan, dan lain-lain.
b.
Distensi rektum berlebih.
c.
Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula
spinalis, CVA, dan lain-lain.
d.
Kerusakan kognitif.
d. Kembung
Merupakan
keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam
lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena
konstipasi,perenggangan saat defekasi dll
f.
Fecal
impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan
rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan.
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI
1. usia
Setiap
tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda.
2.diet
Diet
atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
3.asupan cairan
Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena
proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses
defekasi.
4.aktivitas
Aktivitas
dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitastonus otot abdomen,
pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses
pergerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik, dan memudahkan
untuk kelancaran proses defekasi.
5.pengobatan
Pengobatan
juga dapat mempengaruhinya proses defekasi seperti pengunaanobat-obatan lakstif
atau antasida yang terlalu sering.
6.gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat
mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang
memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan buang air besar ditempat yang
bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut bua ng air besar ditempat
yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam
proses defekasi.
7.penyakit
Beberapa penyakit dapat
mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan
langsung dengan sistem pencernaan seperti gastoroeristis atau penyakit infeksi
lainnya.
8.nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi
kemampuan/keinginan unutuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan
episiotomi.
4.TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)
a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan
pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dn pemeriksaan kultur (pembiakan).
1.
Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan
feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsisten, lendir, darah, dan
lain-lain.
2.
Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan
feses melalui biakan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur
pengambilan feses melalui tanggan).
Alat :
1.
Tempat penampungan atau botol penampungan
beserta penutup.
2.
Etiket khusus.
3.
Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk
mengambil feses.
Prosedur kerja
:
1.
Cuci tanggan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.
Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses
melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk
membersihkannya daerah sekitar anus.
4.
Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang
telah disediakan.
5.
Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan
pemeriksaan.
6.
Cuci tanggan.
b. Menolong buang air besar dengan menggunakan
pispot
Menolong buang air besar dengan mengunakan pispot merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri
dikamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung) untuk uang
air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat
dan bahan :
1.
Alas / perlak.
2.
Pispot .
3.
Air bersih.
4.
Tisu.
5.
Sampiran apabila tempat pasien dibangsal umum.
6.
Sarung tangan.
Prosedur kerja
:
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3.
Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4.
Gunakan sarung tangan.
5.
Pasang pengalas dibawah glutea.
6.
Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di
bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah rektum.
7.
Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanya kan
pada pasien apa sudah nyaman atau belum kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8.
Anjurkan pasien untuk buang air besar pada
pispot yang disediakan.
9.
Setelah selesai siram dengan air hingga bersih
dan keringkan dengan tisu.
10.
Catat tanggal dan jam defekasi serta
karakteristiknya.
11.
Cuci tangan.
c. Memberikan hukna rendah
Merupakan
tinadakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke kolon desenden
dengan menggunakan kanula rekti melalui
anus,yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar
dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi
dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang
air besar.
Alat dan bahan:
1.pengalas
2.irigator lengkap dengan kanula rekti
2.irigator lengkap dengan kanula rekti
3.cairan hangat
kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius pada orang dewasa.
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan
prosedur yang akan dilakukan
3.atur ruangan,
letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di ruang
sendiri
4.atur posisi
pasien dengan posisi sim miring ke kiri
5.pasang
pengalas di bawah glutea
6.irigator
diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan(40,5-43 derajat celcius) dan
hubungkan kanula rekti,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan
air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
7.gunakan
sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15cm kedalam rektum ke arah kolon
desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator
setinggi 50cm dari tempat tidur.buka klemnnya dan air dialirkan sampai pasien
menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
8.anjurkan
pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau
anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah
sekitar rektum hingga bersih.
9.cuci tangan
10.catat jumlah
feses yang keluar,warna, konsistensi dan resspon pasien.
d. Membrikan huknah tinggi
Memberikan
huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan
hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan
untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik.
Alat dan bahan:
1.pengalas
2.irigator
lengkap dengan kanula usus
3.cairan
hangat(seperti huknah rendah)
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan
prosedur yang akan dulakukan
3.atur
ruangan,gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup
pintu.
4.atur posisi
pasien dengan posisi sim miring kekanan
5.gunakan
sarung tangan
6.irigator
diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,kemudian
cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kebengkok lalu berikan jeli
pada ujung kanula.
7.masukkan
kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil
pasien di suruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat
tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan
ingin buangair besar.
8. anjurkan
pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau
anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah
sekitar rektum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
9.buka sarung
tangan dan catat
jumlah,warna,konsistensi dan respon pasien.
10.cuci tangan
e. Membersihkan gliserin
Merupakan
tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus
dengan menggunakan spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik
usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang mengalami
sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
Alat dan bahan:
1.spuit
gliserin
2.gliserin
dalam tempatnya
3.bengkok
4.pengalas
5.sampiran
6.sarung tangan
7.tisu
Prosedur kerja
1.cuci tangan
2.jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan
3.atur
ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan gunakan sampiran bila di
ruang bangsal umum.
4.atur posisi
pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka
pakaian di bawah pasien.
5.gunakan
sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek
kehangatan cairan gliserin.
6.masukkan
gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara tangan kiri mendorong
perenggangan daerah rectum, tangan kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai
pangkal kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas
dalam.
7.stelah
selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien menahan sebentar
rasa ingin defekasi dan pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke
toilet,bersihkan dengan air dengan hingga
bersih dan keringkan dengan tisu.
8.pasang pispot
atau anjurka ke toilet
9.lepaskan
sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi, dan respon
pasien.
10. cuci tangan
f.
Mengeluarkan
feses dengan jari
Merupakan
tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari kedalam rectum pasien cara ini
digunakan untuk mengambil atau mengahancurkan masa feses sekaligus
mengeluarkannya.indikasi tindakan ini apabila massa feses terlalu keras dan
dalam pemberian enema tidak
berhasil,konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu
di keluarkan.
Alat dan bahan:
1.sarung tangan
2.minyak
pelumas/jeli
3.alat
penampung atau pispot.
4.pengalas
5.sarung tangan
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur
yang akan dilaksanakan
3.gunakan
sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
4.atur posisi
miring dengan lutut fleksi
5.masukkan jari
kedalam rectum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding rectum kea
rah umbilikus (kearah masa fesesyang impaksi)
6.secara
perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan
jari pada inti yang keras)
7.gunakan
pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8.lepaskan
sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan,serta
respon pasien.
9.cuci tangan.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu
kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi alvi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi urine
1.
diet
keinginan untuk berkemih
2.
Stress
3.
asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine
dan enurisis. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi
adalah:
1.
Usia
2.
Diet
3.
Asupan
4.
Cairan
5.
Gaya hidup
6.
Aktifitas
7.
Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah
konstipasi diare kembung dan hemorod.
B. Saran
-
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan
eliminasi urine ataupun eliminasi alvi dalam kehidupan sehari-hari.
-
Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin
atau alvi agar tidak terjadi gangguan-gangguan yang tidak di inginkan.
-
Melakukan pola hidup sehat
Daftar
pustaka
-
Http=//opobraya.blokspot.com//2012//01 makalah
eliminasi Html.
-
Agungekamahastuti.blokspot-eliminasi-html? 18
september 2014
-
Firwanintianur93.blokspot.com
-
KDM.keb.fis.manusia dari bu Almira Gita
Novika,S.siT,M.kes
-
Mursifatul uliah dan A.aziz alimul hidayat
penerbit salemba medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar