Minggu, 08 Maret 2015

SISTEM ELIMINASI URINE DAN ALVI



SISTEM ELIMINASI
BAB I
PENDAHULUAN

1.       LATAR BELAKANG

Manusia dalam kehidupannya dikatakan makhluk hidup karena dapat bernafas, berkembang biak,  tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan dan mengeluarkan metabolisme (eliminasi) karena peran masing-masing organ. Salah satunya adalah kegiatan tubuh dalam membuang sisa-sisa metabolisme atau disebut eliminasi. Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguanseperti Urgensi, Disuria, Inkontinensia urin, Perubahan pola eliminasi urin. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada sistem organ lainnya seperti gangguan pencernaan,eskresi dan lain-lain.


















BAB II
PEMBAHASAN



A.     PENGERTIAN ELIMINASI
Merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh berupa urin dan alvi. Kebutuhan eliminasi ini dibagi menjadi 2, yaitu eliminasi urin dan eliminasi alvi.
Jenis-jenis eliminasi :
A.1. ELIMINASI URIN ( BAK)
Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia dimana berperan menentukan kelangsungan hidup manusia dan menjaga homeostasis tubuh.

1.      SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM ELIMINASI URINE
-          Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh dan juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal. Kemudian di salurkan melalui ureter ke kandung kemih.
-          Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urin). Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan moboris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin tetap tinggal dalam kandung kemih.
-          Uretra
Uretra berfungsi untuk menyalurkan urin ke bagian luar

                                                     
      Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400 cc (dewasa) dan 200-250 cc (anak-anak). Setelah menerma rangsang lalu diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol di korteks serebral. Selanjutnya otak memberi rangsangan (impuls) melalui medulla spinalis ke neuro motoris. Di daerah seleral,terjadi nkontraksi otot ditrusor dan di relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih tetahan untuk spikter eksternal. Jika waktu memungkinkan spinc eksternal akan relaksasi dan mengeluarkan urine. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa factor dimana jika faktor-faktor ini mengalami masalah atau tidak bekerja dengan baik maka akan menimbulkan gangguan-gangguan pada eliminasi urine. Berikut ini beberapa faktor dan gangguan yang terjadi dalam eliminasi urine

2.      FAKTOR ELIMINASI URIN
1.       Diet dan asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi out put urine.
2.       Respon
Kebiasaan mengabaikan keinginan untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan didalam vesika urrinaria sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran hidup
3.       Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti diabetes mellitus dan lain-lain

3.      GANGGUAN-GNGGUAN ELIMINASI URIN
1.       Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesianjika tidak berkemih.
2.       Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
3.       Inkontinensia urin
Ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap dalam mengontrol eskresi.
4.       Perubahan pola eliminasi urin
Keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urin karena obstruksi anatomis kerusakan motorik sensorik dan infeksi saluran kemih.


4.      TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URIN
1.       Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan
-          Pengambilan urin biasa
Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin seperti buang air kecil biasa digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dealam urin dan lain-lain.
-          P.U.S
Menggunakan alat steril, biasanya dilakukan dengan kateterisasi.
-          P.U.S 24 jam
Bertujuan untuk mengetahui jumlah urin selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output serta fungsi ginjal.
2.       Buang air kecil dengan urineal
Hal ini dilakukan untuk menampung urin dan mengetahui kelainan dari urin (warna dan jumlah) pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri.
3.       Melakukan keteterisasi
Tindakan memasukkan kateter ke dalam kantong kemih melalui uretra. Kateterisasi terbagi menjadi 2 tipe intermiten (straight kateter) dan tipe indwelling (foley kateter):

Tipe intermiten
a.       Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b.      Retensi akut setelah trauma uretra.
c.       Tidak mampu berkemih akibat obat sedaktif atau analgesik.
d.      Cedera tualng belakang.
e.      Degenerasi neuromuskular secara progresif.
f.        Untuk mengeluarkan urine residual.
                       Tipe indwelling
a.       Obstruksi aliran urine.
b.      Post op uretra dan struktur disektitarnya (TUR-P).
c.       Obstruksi uretra.

A.2. Eliminasi alvi (BAB)
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (BAB) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar pada batas antara usus besar dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali keusus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan.
1.      PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum sum tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi klenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh.

Secara umum , terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai dianus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua , reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden, kemudian kesigmoid, lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal berelaksasi.




2.      GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI ALVI

a.       Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi  mengalami  stasis  usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras,atau keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis:
a. adanya feses yang keras.
b. defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. menurunnya bising usus.
d. adanya keluhan pada rektum.
e. nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. adanya perasaan masih ada feses.


Kemungkinan penyebab:
a.defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena cedera serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c. nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f. proses menua(usia lanjut).

b.      Diare
                Diare merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda klinis :
a.       Adanya pengeluaran feses cair.
b.      Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c.       Nyeri atau kram abdomen.
d.      Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
a.       Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b.      Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c.       Efek tindakan pembedahan usus.
d.      Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
e.      Sters psikologis


c.       Inkontinensia usus
                Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut juga sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a.       Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyabab :
a.       Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembehan, dan lain-lain.
b.      Distensi rektum berlebih.
c.       Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d.      Kerusakan kognitif.


d.      Kembung
                Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

e.      Hemorroid
        Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena konstipasi,perenggangan saat defekasi dll
f.        Fecal impaction
       Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI
1. usia
 Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.
2.diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
3.asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses defekasi.

4.aktivitas

                Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitastonus otot abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik, dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.

5.pengobatan

                Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi seperti pengunaanobat-obatan lakstif atau antasida yang terlalu sering.

6.gaya hidup

                Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut bua ng air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

7.penyakit

                Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastoroeristis atau penyakit infeksi lainnya.

8.nyeri

                Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan unutuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.


4.TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)

a.       Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dn pemeriksaan kultur (pembiakan).
1.       Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsisten, lendir, darah, dan lain-lain.
2.       Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tanggan).

Alat :
1.       Tempat penampungan atau botol penampungan beserta penutup.
2.       Etiket khusus.
3.       Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.
Prosedur kerja :
1.       Cuci tanggan.
2.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.       Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar anus.
4.       Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5.       Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
6.       Cuci tanggan.

b.      Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot

Menolong buang air besar dengan mengunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung) untuk uang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
                                Alat dan bahan :
1.       Alas / perlak.
2.       Pispot .
3.       Air bersih.
4.       Tisu.
5.       Sampiran apabila tempat pasien dibangsal umum.
6.       Sarung tangan.
Prosedur kerja :
1.       Cuci tangan.
2.       Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3.       Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4.       Gunakan sarung tangan.
5.       Pasang pengalas dibawah glutea.
6.       Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah rektum.
7.       Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanya kan pada pasien apa sudah nyaman atau belum kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8.       Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9.       Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
10.   Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11.   Cuci tangan.


c.       Memberikan hukna rendah
Merupakan tinadakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui  anus,yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.

Alat dan bahan:
1.pengalas
2.irigator lengkap dengan kanula rekti
3.cairan hangat kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius pada orang dewasa.
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu

Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di ruang sendiri
4.atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri
5.pasang pengalas di bawah glutea
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan(40,5-43 derajat celcius) dan hubungkan kanula rekti,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
7.gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15cm kedalam rektum ke arah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 50cm dari tempat tidur.buka klemnnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
8.anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah sekitar rektum hingga bersih.
9.cuci tangan
10.catat jumlah feses yang keluar,warna, konsistensi dan resspon pasien.

d.      Membrikan huknah tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik.
Alat dan bahan:
1.pengalas
2.irigator lengkap dengan kanula usus
3.cairan hangat(seperti huknah rendah)
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan 
9.tisu
Prosedur  kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dulakukan
3.atur ruangan,gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup pintu.
4.atur posisi pasien dengan posisi sim miring kekanan
5.gunakan sarung tangan
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kebengkok lalu berikan jeli pada ujung kanula.
7.masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil pasien di suruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan ingin buangair besar.
8. anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah sekitar rektum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
9.buka sarung tangan  dan catat jumlah,warna,konsistensi dan respon pasien.
10.cuci tangan

e.      Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
Alat dan bahan:
1.spuit gliserin
2.gliserin dalam tempatnya
3.bengkok
4.pengalas
5.sampiran
6.sarung tangan
7.tisu

Prosedur kerja
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.atur ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum.
4.atur posisi pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka pakaian di bawah pasien.
5.gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin.
6.masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara tangan kiri mendorong perenggangan daerah rectum, tangan kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas dalam.
7.stelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke toilet,bersihkan dengan air dengan hingga  bersih  dan keringkan dengan tisu.
8.pasang pispot atau anjurka ke toilet
9.lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi, dan respon pasien.
10. cuci tangan

f.        Mengeluarkan feses dengan jari
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari kedalam rectum pasien cara ini digunakan untuk mengambil atau mengahancurkan masa feses sekaligus mengeluarkannya.indikasi tindakan ini apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema  tidak berhasil,konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu di keluarkan.
Alat dan bahan:
1.sarung tangan
2.minyak pelumas/jeli
3.alat penampung atau pispot.
4.pengalas
5.sarung tangan

Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
4.atur posisi miring dengan lutut fleksi
5.masukkan jari kedalam rectum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding rectum kea rah umbilikus (kearah masa fesesyang impaksi)
6.secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras)
7.gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8.lepaskan sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan,serta respon pasien.
9.cuci tangan.






                               














BAB III
Penutup

A.      Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi alvi. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1.        diet keinginan untuk berkemih
2.       Stress
3.       asupan
 Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi adalah:
1.       Usia
2.       Diet
3.       Asupan
4.       Cairan
5.       Gaya hidup
6.       Aktifitas
7.       Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi diare kembung dan hemorod.
B.      Saran
-          Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine ataupun eliminasi alvi dalam kehidupan sehari-hari.
-          Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi gangguan-gangguan yang tidak di inginkan.
-          Melakukan pola hidup sehat









Daftar pustaka

-           Http=//opobraya.blokspot.com//2012//01 makalah eliminasi Html.
-          Agungekamahastuti.blokspot-eliminasi-html? 18 september 2014
-          Firwanintianur93.blokspot.com
-          KDM.keb.fis.manusia dari bu Almira Gita Novika,S.siT,M.kes
-          Mursifatul uliah dan A.aziz alimul hidayat penerbit salemba medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar