Minggu, 07 Juni 2015

RADANG PADA PARU-PARU

Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru—utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus.[1][2] Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun.[1][3]
Gejala khasnya meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas.[4] Alat diagnostik mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputum. Vaksin untuk mencegah jenis pneumonia tertentu kini sudah tersedia. Pengobatan yang dilakukan bergantung pada penyebab dasarnya. Dugaan pneumonia bakterial diobati dengan antibiotik. Jika pneumonianya parah, penderita biasanya dirujuk ke rumah sakit.
Setiap tahunnya, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang, tujuh persen dari total populasi dunia, dan menyebabkan sekitar 4 juta kematian. Walaupun pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai "the captain of the men of death" (pemimpin kematian),[5] penemuan terapi antibiotik dan vaksin pada abad ke-20 telah meningkatkan daya tahan hidup.[6] Meskipun demikian, di negara berkembang, dan di antara orang-orang berusia sangat lanjut, sangat muda, dan penderita sakit kronis, pneumonia tetap menjadi penyebab kematian yang utama.[6][7]

Tanda-tanda dan gejala

Frekuensi gejala[8]
Gejala Frekuensi
Batuk
79–91%
Kelelahan
90%
Demam
71–75%
Sulit bernapas
67–75%
Sputum
60-65%
Nyeri dada
39-49%
Gambar tubuh manusia yang menunjukkan gejala kunci pneumonia
Gejala utama pneumonia yang menular
Pasien pneumonia yang menular biasanya menderita batuk produktif, demam yang disertai menggigil bergetar, sulit bernapas, nyeri dada yang tajam atau menghunjam selama menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi.[9] Pada manula, adanya kebingungan menjadi tanda yang paling utama.[9] Tanda-tanda dan gejala khusus pada anak-anak balita yaitu demam, batuk, dan napas yang cepat atau sulit.[10]
Demam tidak sangat spesifik, karena ini gejala yang umum timbul pada berbagai penyakit, dan mungkin tidak tampak pada penderita penyakit parah atau malnutrisi. Selain itu, gejala batuk sering tidak muncul pada anak-anak berusia kurang dari 2 bulan.[10] Tanda-tanda dan gejala yang lebih parah meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-muntah yang menetap, suhu ekstrim, atau penurunan tingkat kesadaran.[10][11]
Kasus pneumonia bakterial dan viral biasanya muncul dengan gejala yang serupa.[12] Beberapa penyebabnya dikaitkan dengan karakteristik klinis yang klasik tetapi tidak spesifik. Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat muncul disertai nyeri perut, diare, atau kebingungan,[13] sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dikaitkan dengan sputum berwarna karat,[14] dan pneumonia yang disebabkan oleh Klebsielladapat disertai sputum berdarah yang sering digambarkan sebagai "currant jelly" (lendir merah).[8] Sputum berdarah (dikenal sebagaihemoptisis) juga dapat muncul pada tuberkulosis, pneumonia gram-negatif, dan abses paru serta umum dijumpai pada bronkitis akut.[11] Pneumonia mikoplasma dapat timbul bersama pembengkakan nodus limfa di leher, nyeri sendi, atau infeksi telinga tengah.[11] Pneumonia viral lebih umum muncul disertai mengi dibandingkan dengan pneumonia bakterial.[12]

Penyebab

Tiga objek bulat dengan latar belakang hitam
Bakteri Streptococcus pneumoniae, penyebab umum pneumonia, gambar diambil menggunakan mikroskop elektron
Pneumonia terutama disebabkan oleh infeksi dari bakteri atau virus dan jarang dijumpai disebabkan oleh fungi dan parasit. Walaupun terdapat lebih dari 100 galur agen infeksi yang telah diidentifikasi, namun hanya beberapa yang bertanggungjawab atas mayoritas kasus yang ada. Infeksi bersama dengan virus beserta bakteri dapat muncul hingga sebanyak 45% infeksi pada anak-anak dan 15% infeksi pada orang dewasa.[6] Agen penyebabnya tidak dapat diisolasi pada sekitar setengah kasus yang ada walaupun pengujian yang cermat telah dilakukan.[15]
Istilah pneumonia terkadang digunakan secara lebih luas terhadap berbagai kondisi yang menyebabkan inflamasi paru-paru (misalnya yang disebabkan oleh penyakit autoimun, luka bakar kimia atau reaksi obat); namun demikian, inflamasi ini lebih tepat disebut sebagai pneumonitis.[16][17] Menurut sejarahnya agen penginfeksi dibagi menjadi "khas" dan "tidak khas" didasarkan pada aspek yang diduga, tetapi bukti-bukti yang ada tidak mendukung pembedaan ini, sehingga kini tidak lagi ditekankan.[18]
Faktor risiko dan kondisi yang memengaruhi pneumonia mencakup: merokok, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit obstruktif paru kronis, penyakit ginjal kronis, dan penyakit hati.[11] Penggunaan obat-obatan yang bersifat menekan asam seperti penghambat pompa proton atau penyekat H2- dikaitkan dengan peningkatan risiko[19] pneumonia. Usia lanjut juga berpengaruh pada pneumonia.[11]

Bakteri

Bakteri adalah penyebab paling umum dari pneumonia dapatan masyarakat (CAP), dengan Streptococcus pneumoniae berhasil diisolasi dalam hampir 50% kasus yang ada.[20][21] Bakteri lain yang umum diisolasi mencakup termasuk: Haemophilus influenzae dalam 20% kasus, Chlamydophila pneumoniae dalam 13% kasus, dan Mycoplasma pneumoniae dalam 3% kasus;[20] Staphylococcus aureus; Moraxella catarrhalis; Legionella pneumophila dan Basilus gram-negatif.[15] Sejumlah versi kekebalan obat dari infeksi di atas makin umum dijumpai, termasuk Streptococcus pneumoniae kebal obat (DRSP) dan Staphylococcus aureus yang kebal terhadap metisilin(MRSA).[11]
Penyebaran organisme mudah terjadi jika faktor risikonya ada.[15] Alkoholisme diasosiasikan denganStreptococcus pneumoniae, organisme anaerobik, dan Mycobacterium tuberculosis; merokok mempermudah pengaruh dariStreptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, dan Legionella pneumophila. Pajanan terhadap burung diasosiasikan dengan Chlamydia psittaci; terhadap hewan ternak dengan Coxiella burnetti; aspirasi isi perut dengan organisme anaerobik; dan fibrosis kistik dengan Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.[15]Streptococcus pneumoniae lebih sering dijumpai di musim dingin,[15] dan patut diduga pada orang yang menghirup sejumlah besar organisme anaerobik.[11]

Virus

Virus bertanggungjawab atas sekitar sepertiga kasus pneumonia pada orang dewasa[6] dan sekitar 15% kasus pada anak-anak.[22] Agen yang biasanya terkait mencakup: rhinovirus, coronavirus, virus influenza,virus sinsitium pernapasan (RSV), adenovirus, dan parainfluenza.[6][23] Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia, kecuali dalam kelompok seperti: bayi baru lahir, penderita kanker, penerima transplantasi, dan penderita luka bakar yang cukup parah.[24] Orang yang menjalani transplantasi organ atau yang mempunyai respon imun lemah menunjukkan tingkat pneumonia cytomegalovirus yang tinggi.[22][24] Para penderita infeksi virus dapat terinfeksi secara sekunder dengan bakteri Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, atau Haemophilus influenzae, khususnya ketika disertai masalah kesehatan lain.[11][22] Virus yang berbeda mendominasi masa yang berbeda dalam setahun, sebagai contoh selama musim influenza maka virus influenza bertanggungjawab atas lebih dari separuh kasus virus yang terjadi.[22] Wabah virus lainnya juga sesekali muncul, termasuk hantavirus dan coronavirus.[22]

Fungi

Pneumonia jamur jarang dijumpai, namun lebih sering muncul pada individu yang menderita sistem kekebalan lemah akibatAIDS, obat penekan kekebalan, atau masalah medis lainnya.[15][25] Jenis ini paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, blastomyces, Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci, dan Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling umum terjadi di lembah Sungai Mississippi, dan coccidioidomycosis paling umum dijumpai di Barat Daya Amerika.[15] Jumlah kasus telah meningkat di paruh kedua abad ke-20 akibat makin seringnya orang melakukan perjalanan dan meningkatnya supresi kekebalan tubuh dalam populasi.[25]

Parasit

Beragam parasit dapat memengaruhi paru-paru, termasuk: Toxoplasma gondii, Strongyloides stercoralis,Ascaris lumbricoides, dan Plasmodium malariae.[26] Berbagai organisme ini biasanya memasuki tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, pencernaan, atau melalui vektor serangga.[26] Kecuali untuk Paragonimus westermani, kebanyakan parasit tidak secara khusus menginfeksi paru-paru tetapi melibatkan paru-paru sebagai tempat sekunder terhadap tempat lainnya.[26] Sebagian parasit, khususnya yang termasuk genera Ascaris danStrongyloides, merangsang timbulnya reaksi eosinofilik kuat, yang dapat mengakibatkan pneumonia eosinofilik.[26] Dalam infeksi lainnya, seperti malaria, keterlibatan paru terutama akibat inflamasi sistemik yang diinduksi oleh sitokin.[26] Di negara berkembang infeksi semacam ini paling sering dijumpai pada orang-orang yang kembali dari bepergian atau pada para imigran.[26] Secara global, infeksi-infeksi paling sering terjadi pada pada penderita defisiensi kekebalan tubuh.[27]

Idiopatik

Pneumonia interstisial idiopatik atau pneumonia yang tidak menular[28] merupakan kelas penyakit paru difus. Kelas ini mencakup: kerusakan alveolar difus, organizing pneumonia, pneumonia interstisial non-spesifik, pneumonia interstisial limfositik, pneumonia interstisial desquamative, penyakit paru interstisial bronkiolitis pernapasan, dan pneumonia interstisial biasa.[29]

Patofisiologi

Diagram skematik paru-paru manusia dengan lingkaran kosong di sisi kiri mewakili alveolus normal dan di sisi kanan menunjukkan alveolus yang terisi penuh cairan seperti dijumpai pada pneumonia
Pneumonia mengisi alveoli paru-paru dengan cairan, menghalangi oksigenasi. Alveolus di sisi kiri dalam kondisi normal, sedangkan yang di sisi kanan penuh terisi cairan akibat pneumonia.
Pneumonia sering berawal sebagai infeksi saluran pernapasan atas yang kemudian berpindah ke saluran pernapasan bawah.[30]
Vaksinasi terhadap Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae sudah memiliki bukti bagus untuk mendukung penggunaannya.[30] Mengimunisasi anak terhadap Streptococcus pneumoniae sudah menyebabkan penurunan insiden infeksi ini pada orang dewasa, karena banyak orang dewasa memperoleh infeksi ini dari anak-anak. Vaksin Streptococcus pneumoniae tersedia untuk orang dewasa, dan sudah ditemukan menurunkan risiko penyakit pneumokokal yang invansif.[31] Vaksin lain yang mendukung efek perlindungan terhadap pneumonia termasuk: batuk rejan, cacar air, and campak.[32]

Lainnya

Berhenti merokok[33] dan menurunkan polusi udara di dalam ruangan, seperti yang berasal dari memasak di dalam ruangan dengan menggunakan kayu atau kotoran sapi, dianjurkan.[10][12] Merokok tampaknya menjadi faktor risiko terbesar untuk pneumonia pneumokokal pada orang dewasa yang seharusnya sehat.[34] Kebersihan tangan dan menutupi batuk dengan lengan tangan bisa juga menjadi sarana pencegahan yang efektif.[32] Pemakaian masker operasi oleh mereka yang sakit juga bisa mencegah penyakit.[34]
Mengobati penyakit dasarnya (seperti HIV/AIDS, diabetes melitus, dan malnutrisi) dengan tepat bisa menurunkan risiko pneumonia.[12][32][35] Pada anak-anak usia di bawah 6 bulan pemberian susu ibu ekslusif menurunkan baik risiko maupun keparahan penyakit.[12] Di kalangan mereka yang menderita HIV/AIDS serta hitungan CD4 kurang dari 200 sel/uL, antibiotik trimetoprim/sulfametoksazol menurunkan risiko Pneumonia pneumosistis[36] dan bisa juga berguna untuk pencegahan bagi mereka yang memiliki gangguan kekebalan tubuh tapi tidak mempunyai HIV.[37]
Menguji wanita hamil untuk Streptokokus Grup B dan Klamidia trakomatis, dan memberikan pengobatan antibiotik, bila diperlukan, menurunkan risiko tingkat pneumonia pada bayi;[38][39] sarana pencegahan transmisi dari ibu ke anak bisa juga efisien.[40] Menyedot mulut dan tenggororkan bayi dengan cairan amnion yang tercemar mekonium belum terbukti menurunkan tingkat pneumonia aspirasi dan bisa membahayakan,[41] jadi praktek ini tidak dianjurkan dalam kebanyakan situasi.[41] Di kalangan lansia yang ringkih, perawatan kesehatan mulut yang baik bisa menurunkan risiko pneumonia aspirasi.[42]

Pengelolaan

CURB-65
Symptom Points
Confusion
1
Urea>7 mmol/l
1
Respiratory rate>30
1
SBP<90mmHg, DBP<60mmHg
1
Age>=65
1
Biasanya, antibiotik oral, istirahat, analgesik sederhana, dan cairan memadai untuk resolusi lengkap.[33] Namun, mereka yang memiliki kondisi medis lain, kalangan lansia, atau mereka yang mengalami gangguan pernafasan berat mungkin memerlukan pengobatan lebih lanjut. Bila gejala memburuk, pneumonia tidak membaik dengan pengobatan di rumah, atau terjadi komplikasi, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan.[33] Di seluruh dunia, kira-kira 7–13% dari kasus di kalangan anak-anak memerlukan rawat inap [10] sementara di dunia maju antara 22 hingga 42% orang dewasa dengan pneumonia yang diperoleh dari komunitas dirawat di rumah sakit.[33] SkorCURB-65 berguna untuk menentukan perlunya rawat inap di kalangan orang dewasa.[33] Bila skornya 0 atau 1 penderita biasanya bisa ditangani di rumah, bila skornya 2 diperlukan perawatan singkat di RS atau tindak lanjut untuk meneruskan perawatan, bila skornya 3–5 dianjurkan rawat inap di RS.[33] Di kalangan anak-anak, mereka yang mengalami kesulitan pernafasan atau saturasi oksigennya kurang dari 90% harus dirawat di RS.[43] Manfaat fisioterapi dada dalam pneumonia belum ditentukan.[44] Ventilasi non-invasif bisa bermanfaat bagi mereka yang dirawat di unit rawat intensif (ICU).[45] Obat batuk tanpa resep dokter belum terbukti efektif[46] demikian juga penggunaan unsur seng di kalangan anak-anak.[47] Tidak ada cukup bukti untuk mukolitik.[46]

Bakteri

Antibiotik memperbaiki hasil-hasil di kalangan penderita pneumonia bakteri.[48] Pada mulanya pilihan antibiotik tergantung pada karakteristik penderita, seperti usia, kesehatan dasarnya, dan lokasi dimana infeksi diperoleh. Di Inggris, pengobatan empiris dengan amoksisilin dianjurkan sebagai pilihan pertama untuk pneumonia yang diperoleh dari komunitas, dengan doksisiklin atau klaritromisin sebagai alternatifnya.[33] Di Amerika Utara, di mana bentuk “atipikal” dari pneumonia yang diperoleh dari komunitas lebih umum, makrolid (seperti azitromisin atau eritromisin), dan doksosiklin menggantikan amoksisilin sebagai pilihan pertama untuk rawat jalan di kalangan orang dewasa.[21][49] Di kalangan anak-anak dengan gejala ringan atau sedang, amoksisilin tetap menjadi pilihan pertama.[43] Penggunaan fluorokuinolon dalam kasus yang tidak kompleks tidak dianjurkan karena kekuatiran mengenai efek samping dan menimbulkan ketahanan sementara manfaat klinisnya tidak lebih besar.[21][50] Durasi pengobatan biasanya tujuh hingga sepuluh hari, tapi bukti yang makin banyak menunjukkan pemberian obat yang lebih pendek (tiga hingga lima hari) sama efektifnya.[51] Dianjurkan untuk pneumonia yang diperoleh dari rumah sakit termasuk sefalosporin, karbapenem, fluorokuinolon, aminoglikosida, dan vankomisin generasi ketiga dan keempat.[52] Antibiotik ini sering diberikan secara intravena dan digunakan sebagai kombinasi.[52] Di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit lebih dari 90% membaik dengan pengobatan antibiotik awal.[18]

Viral

Penghambat neuraminidase bisa digunakan untuk mengobati viral pneumonia yang disebabkan oleh virus influenza (influenza A dan influenza B).[6] Tidak ada pengobatan antivirus yang dianjurkan untuk jenis lain dari pneumonia virus yang diperoleh dari komunitas termasuk virus SARS coronavirus, adenovirus, hantavirus, dan parainfluenza.[6] Influenza A bisa diobati dengan rimantadine atau amantadine, sementara influenza A atau B bisa diobati dengan oseltamivir, zanamivir atau peramivir.[6] Pengobatan ini paling bermanfaat bila mulai diberikan dalam waktu 48 jam sejak munculnya gejala awal.[6] Banyak strain dari influenza A H5N1, juga dikenal sebagai avian influenza atau "flu burung," sudah menunjukkan ketahanan terhadap rimantadine dan amantadine.[6] Penggunaan antibiotik dalam pneumonia virus dianjurkan oleh beberapa ahli karena tidak mungkin mengesampingkan terjadinya infeksi bakteri yang kompleks.[6] British Thoracic Society menganjurkan agar antibiotik tidak diberikan pada mereka yang mengalami penyakit ringan.[6] Penggunaan kortikosteroid kontroversial.[6]

Aspirasi

Pada umumnya, pneumonitis aspirasi diobati secara konservatif dengan antibiotik yang ditujukan hanya untuk pneumonia aspirasi.[53] Pilihan antibiotiknya akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk organisma penyebab yang dicurigai dan apakah pneumonia diperoleh di komunitas atau dikembangkan di setting rumah sakit. Pilihan umumnya termasuk clindamisin, kombinasi antibiotik beta-laktam dan metronidazole, atau aminoglikosida.[54] Kortikosteroid kadang-kadang digunakan dalam pneumonia aspirasi, tetapi hanya ada bukti terbatas yang mendukung efektivitasnya.[53]

Prognosis

Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 3–6 hari.[55] Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan gejala diatasi.[55] Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari 1%).[11][56] Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.[11] Pneumonia adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit paling umum yang menyebabkan kematian.[18] Sebelum adanya antibiotik, mortalitas biasanya 30% di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit.[15]
Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar.[56] Ini bisa termasuk, antara lain: empiema, abses paru-paru, bronkiolitis obliteran, sindrom kesulitan pernafasan akut, sepsis, dan memburuknya masalah kesehatan dasar.[56]

Aturan prediksi klinis

Aturan prediksi klinis sudah dikembangkan untuk meramalkan secara lebih obyektif hasil-hasil dalam pneumonia.[18] Aturan ini sering digunakan untuk menentukan apakah penderita perlu dirawat di rumah sakit atau tidak.[18]

Efusi pleura, empiema, dan abses

Hasil rontgen menunjukkan dada berbaring horisontal. Area bawah yang hitam yang merupakan paru-paru kanan lebih kecil dengan area putih di bawahnya menunjukkan efusi paru-paru. Ada anak panah merah yang menandai ukurannya. Efusi pleura: seperti yang terlihat pada hasil rontgen dada.
Anak panah A menunjukkan cairan yang melapisi di dalam dada kanan. Anak panah B menunjukkan lebarnya paru-paru kanan. Volume paru-paru diturunkan karena pengumpulan cairan di sekitar paru-paru.
Pada pneumonia, pengumpulan cairan dapat terbentuk di dalam ruang yang mengelilingi paru.[58] Terkadang, mikroorganisme akan menginfeksi cairan ini dan menyebabkan empiema.[58] Untuk membedakan empiema dari efusi parapneumonik yang lebih sederhana dan biasa, cairan dapat diambil dengan (thorasentis) jarum, dan diperiksa.[58] Jika hasilnya menunjukkan bukti empiema, cairan harus diambil seluruhnya, terkadang memerlukan drainage cathater.[58] Pada kasus empiema parah, dekortikasi mungkin diperlukan.[58] Jika cairan yang terinfeksi tidak dikuras, infeksi akan terus terjadi karena antibiotik tidak masuk dengan baik ke dalam rongga pleural. Jika cairan tersebut steril, cairan perlu dikeluarkan seluruhnya hanya jika menimbulkan gejala atau tetap tak terpecahkan.[58]
Bakteria di dalam paru-paru akan membentuk kantung cairan terinfeksi yang disebut dengan abses paru-paru.[58] Abses paru-paru biasanya dapat dilihat dengan sinar-X namun terkadang memerlukan pemindaian CT untuk memastikan diagnosisnya.[58] Abses biasanya terjadi pada pneumonia aspirasi, dan seringkali mengandung beberapa jenis bakteri. Antibiotik jangka panjang biasanya sudah cukup untuk mengobati abses paru-paru, namun terkadang abses tersebut harus dikeluarkan seluruhnya dengan ahli bedah atau ahli radiologi.[58]

Kegagalan pernapasan dan sirkulatori

Pneumonia dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dengan cara memicu sindrom gawat napas akut (ARDS), yang diakibatkan oleh kombinasi respons infeksi dan peradangan. Paru-paru dengan cepat terisi cairan dan menjadi keras. Paru-paru yang mengeras disertai kesulitan parah untuk mengekstraksi oksigen karena terhambat cairan alveolar akan memerlukan waktu lama untuk ventilasi mekanik untuk bertahan hidup.[22]
Sepsis adalah komplikasi yang dapat terjadi karena pneumonia namun biasanya hanya terjadi pada orang yang kekebalannya rendah atau hiposplenisme. Organisme yang umumnya terlibat adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Klebsiella pneumoniae. Penyebab lain dari gejalanya juga perlu diperhatikan seperti myocardial infarction atau embolisme pernapasan.[59]

Epidemiologi

Peta dunia dengan sedikit lebih banyak merah tua di Afrika, warna oranye di sebagian Asia dan Amerika Selatan, serta kuning di Eropa dan Amerika Utara
Angka kematian dengan standar usia: infeksi saluran pernapasan bawah per 100.000 penduduk pada 2004.[60]
  no data
  <100
  100–700
  700–1400
  1400–2100
  2100–2800
  2800–3500
  3500–4200
  4200–4900
  4900–5600
  5600–6300
  6300–7000
  >7000
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi yang menginfeksi kira-kira 450 juta orang per tahun dan terjadi di seluruh penjuru dunia.[6] Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok yang menyebabkan jutaan kematian (7% dari kematian total dunia) setiap tahun.[6][48] Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun, dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun.[6] Penyakit ini terjadi lima kali lebih sering di negara-negara berkembang daripada di negara maju.[6] Pneumonia yang diakibatkan oleh virus terhitung sekitar 200 juta kasus.[6] Di Amerika Serikat, sejak 2009, pneumonia menjadi penyebab ke-8 kematian.[11]

Anak-anak

Pada 2008, pneumonia terjadi pada kira-kira 156 juta anak-anak (151 juta di negara-negara berkembang dan 5 juta di negara-negara maju).[6] Ini menyebabkan 1,6 juta kematian, 28–34% dari angka kematian tersebut terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun, dan 95% terjadi di negara-negara berkembang.[6][10] Negara-negara dengan beban tinggi pneumonia termasuk: India (43 juta), Cina (21 juta) dan Pakistan (10 juta).[61] Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah.[6][48] Banyak kasus kematian ini yang terjadi pada periode bayi baru lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa satu di antara tiga kematian pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh pneumonia.[62] Kira-kira setengah dari kematian ini dapat dicegah secara teoretis, karena disebabkan oleh bakteri karena terdapat vaksin yang efektif.[63]

Sejarah

Poster yang menggambarkan hiu di bagian tengahnya dengan tulisan "Pneumonia Menyerang Seperti Hiu Pemangsa Manusia yang Dipimpin oleh Ikan Pilotnya Selesma"
poster WPA, 1936/1937
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang sejarah manusia.[64] Gejalanya digambarkan oleh Hippocrates (c. 460 BC – 370 BC):[64]"Peripneumonia, dan afeksi pleuritis, hal-hal berikut perlu diamati: Jika demam menjadi akut, dan jika sakit dirasakan di salah satu sisi tubuh, atau di kedua sisi, dan jika batuk timbul dan ludah yang berwarna kuning atau gelap, atau sedikit, kering, dan kemerahan, atau berciri berbeda dari biasanya... Apabila pneumonia mencapai puncaknya, keadaan ini sulit diobati dan jika penderita tidak diobati, dan memburuk jika penderita pneumonia juga menderita dyspnoea, dan urin sedikit dan tajam, jika keringat keluar dari daerah sekitar leher dan kepala, karena keringat tersebut adalah keringat yang tidak sehat, karena diakibatkan oleh sesak napas, dan kerasnya penyakit yang menyerang tangan bagian atas."[65] Namun, Hippocrates menyebut pneumonia sebagai penyakit "dinamai di zaman kuno." Dia juga melaporkan hasil dari drainase bedah empiema. Maimonides (1135–1204 AD) melihat: "Gejala umumnya yang terjadi pada pneumonia dan tidak pernah tidak terjadi adalah sebagai berikut: demam akut, nyeri pleuritis seperti ditusuk, napas pendek dan terengah-engah, denyut naik turun dan batuk."[66] Gambaran klinis ini mirip dengan yang ditemukan dalam buku teks modern, dan mencerminkan luasnya pengetahuan medis dari Abad Pertengahan hingga abad ke-19.
Edwin Klebs adalah orang pertama yang mengamati bakteri di saluran napas orang yang meninggal karena pada 1875.[67] Karya pertama yang mengidentifikasi dua bakteri penyebab pneumonia yang paling umum, Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae ditampilkan oleh Carl Friedländer[68] dan Albert Fränkel[69] pada 1882 dan 1884, secara berturut-turut. Karya pertama Friedländer memperkenalkan Gram stain, tes laboratorium dasar yang masih digunakan saat ini untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bakteri. Tulisan Christian Gram yang menggambarkan prosedur tersebut pada 1884 membantu untuk membedakan dua bakteri tersebut, dan menunjukkan bahwa pneumonia dapat diakibatkan oleh lebih dari satu mikroorganisme.[70]
Sir William Osler, dikenal sebagai "bapak kedokteran modern," mengapresiasi kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh pneumonia, dengan menyebutnya "kapten pembunuh manusia" pada 1918, karena telah melampaui tuberkulosis sebagai penyebab utama kematian pada masa ini. Istilah ini berasal dari istilah yang diciptakan oleh John Bunyan berkaitan dengan "penggerogotan" (tuberkulosis).[71][72] Osler juga menggambarkan pneumonia sebagai "teman orang tua" karena kematian yang terjadi seringkali berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit sedangkan sebenarnya masih ada cara yang lebih lama dan sakit untuk mati.[15]
Beberapa perkembangan pada 1900an meningkatkan hasil pengobatan untuk pasien pneumonia. Dengan kemajuan penicillin dan antibiotik lainnya, teknik pembedahan modern, dan perawatan intensif pada abad ke-20, mortalitas akibat pneumonia, mendekati 30%, menurun di negara-negara maju. Vaksinasi bayi untuk melawan Haemophilus influenzae tipe B mulai pada 1988 dan menyebabkan penurunan dramatis pada kasus tersebut setelahnya.[73] Vaksinasi melawan Streptococcus pneumoniae pada orang dewasa mulai pada 1977, dan pada anak-anak pada 2000, yang menghasilkan penurunan serupa.[74]

Masyarakat dan budaya

Karena tingginya beban penyakit pada negara-negara berkembang dan kesadaran yang relatif rendah terhadap penyakit ini di negara-negara maju, komunitas kesehatan global mendeklarasikan 12 November sebagai Hari Pneumonia Dunia, hari bagi warga negara dan pembuat kebijakan yang memiliki perhatian terhadap penyakit ini untuk melakukan tindakan melawan penyakit tersebut.[75] Biaya ekonomi global dari komunitas karena pneumonia diperkirakan mencapai $17 miliar.[11]

Referensi

  1. ^ a b McLuckie, [editor] A. (2009). Respiratory disease and its management. New York: Springer. hlm. 51. ISBN 978-1-84882-094-4.
  2. ^ Leach, Richard E. (2009). Acute and Critical Care Medicine at a Glance (ed. 2nd). Wiley-Blackwell. ISBN 1-4051-6139-6. Diakses 2011-04-21.
  3. ^ Jeffrey C. Pommerville (2010). Alcamo's Fundamentals of Microbiology (ed. 9th). Sudbury MA: Jones & Bartlett. hlm. 323. ISBN 0-7637-6258-X.
  4. ^ Ashby, Bonnie; Turkington, Carol (2007). The encyclopedia of infectious diseases (ed. 3rd). New York: Facts on File. hlm. 242. ISBN 0-8160-6397-4. Diakses 2011-04-21.
  5. ^ Osler, William (1901). Principles and Practice of Medicine, 4th Edition. New York: D. Appleton and Company. hlm. 108.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Ruuskanen, O; Lahti, E, Jennings, LC, Murdoch, DR (2011-04-09). "Viral pneumonia". Lancet 377 (9773): 1264–75. doi:10.1016/S0140-6736(10)61459-6. PMID 21435708. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  7. ^ George, Ronald B. (2005). Chest medicine : essentials of pulmonary and critical care medicine (ed. 5th ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 353. ISBN 9780781752732.
  8. ^ a b Tintinalli, Judith E. (2010). Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide (Emergency Medicine (Tintinalli)). New York: McGraw-Hill Companies. hlm. 480. ISBN 0-07-148480-9.
  9. ^ a b Hoare Z; Lim WS (2006). "Pneumonia: update on diagnosis and management" (PDF). BMJ 332 (7549): 1077–9. doi:10.1136/bmj.332.7549.1077. PMC 1458569. PMID 16675815. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  10. ^ a b c d e f Singh, V; Aneja, S (March 2011). "Pneumonia — management in the developing world". Paediatric respiratory reviews 12 (1): 52–9. doi:10.1016/j.prrv.2010.09.011. PMID 21172676. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  11. ^ a b c d e f g h i j k l Nair, GB; Niederman, MS (November 2011). "Community-acquired pneumonia: an unfinished battle". The Medical clinics of North America 95 (6): 1143–61. doi:10.1016/j.mcna.2011.08.007. PMID 22032432. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  12. ^ a b c d e "Pneumonia (Fact sheet N°331)". World Health Organization. August 2012.
  13. ^ Darby, J; Buising, K (October 2008). "Could it be Legionella?". Australian family physician 37 (10): 812–5. PMID 19002299. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  14. ^ Ortqvist, A; Hedlund, J, Kalin, M (December 2005). "Streptococcus pneumoniae: epidemiology, risk factors, and clinical features". Seminars in respiratory and critical care medicine 26 (6): 563–74. doi:10.1055/s-2005-925523. PMID 16388428. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  15. ^ a b c d e f g h i Ebby, Orin (Dec 2005). "Community-Acquired Pneumonia: From Common Pathogens To Emerging Resistance". Emergency Medicine Practice 7 (12). Unknown parameter |month= ignored (help)
  16. ^ Lowe, J. F.; Stevens, Alan (2000). Pathology (ed. 2nd). St. Louis: Mosby. hlm. 197. ISBN 0-7234-3200-7.
  17. ^ Snydman, editors, Raleigh A. Bowden, Per Ljungman, David R. (2010). Transplant infections (ed. 3rd). Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 187. ISBN 978-1-58255-820-2.
  18. ^ a b c d e f Murray and Nadel (2010). Chapter 32.
  19. ^ Eom, CS; Jeon, CY; Lim, JW; Cho, EG; Park, SM; Lee, KS (22 February 2011). "Use of acid-suppressive drugs and risk of pneumonia: a systematic review and meta-analysis". CMAJ : Canadian Medical Association journal = journal de l'Association medicale canadienne 183 (3): 310–9. doi:10.1503/cmaj.092129. PMC 3042441. PMID 21173070. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  20. ^ a b Sharma, S; Maycher, B; Eschun, G (May 2007). "Radiological imaging in pneumonia: recent innovations". Current Opinion in Pulmonary Medicine 13 (3): 159–69. doi:10.1097/MCP.0b013e3280f3bff4. PMID 17414122.
  21. ^ a b c Anevlavis S; Bouros D (February 2010). "Community acquired bacterial pneumonia". Expert Opin Pharmacother 11 (3): 361–74. doi:10.1517/14656560903508770. PMID 20085502. Unknown parameter |month= ignored (help); Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  22. ^ a b c d e f Murray and Nadel (2010). Chapter 31.
  23. ^ Figueiredo LT (September 2009). "Viral pneumonia: epidemiological, clinical, pathophysiological, and therapeutic aspects". J Bras Pneumol 35 (9): 899–906. doi:10.1590/S1806-37132009000900012. PMID 19820817.
  24. ^ a b Behera, D. (2010). Textbook of pulmonary medicine (ed. 2nd). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Pub. hlm. 391–394. ISBN 8184487495.
  25. ^ a b Maskell, Nick; Millar, Ann (2009). Oxford desk reference.. Oxford: Oxford University Press. hlm. 196. ISBN 9780199239122. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  26. ^ a b c d e f Murray and Nadel (2010). Chapter 37.
  27. ^ Vijayan, VK (2009 May). "Parasitic lung infections.". Current opinion in pulmonary medicine 15 (3): 274–82. PMID 19276810.
  28. ^ Clinical infectious diseases : a practical approach. New York, NY [u.a.]: Oxford Univ. Press. 1999. hlm. 833. ISBN 978-0-19-508103-9.
  29. ^ Diffuse parenchymal lung disease : ... 47 tables (ed. [Online-Ausg.]). Basel: Karger. 2007. hlm. 4. ISBN 978-3-8055-8153-0.
  30. ^ a b Ranganathan, SC; Sonnappa, S (February 2009). "Pneumonia and other respiratory infections". Pediatric clinics of North America 56 (1): 135–56, xi. doi:10.1016/j.pcl.2008.10.005. PMID 19135585. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  31. ^ Moberley, SA; Holden, J, Tatham, DP, Andrews, RM (2008-01-23). "Vaccines for preventing pneumococcal infection in adults". In Andrews, Ross M. Cochrane database of systematic reviews (1): CD000422. doi:10.1002/14651858.CD000422.pub2. PMID 18253977. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  32. ^ a b c "Pneumonia Can Be Prevented — Vaccines Can Help". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 22 October 2012.
  33. ^ a b c d e f g Lim, WS; Baudouin, SV; George, RC; Hill, AT; Jamieson, C; Le Jeune, I; Macfarlane, JT; Read, RC; Roberts, HJ; Levy, ML; Wani, M; Woodhead, MA; Pneumonia Guidelines Committee of the BTS Standards of Care, Committee (October 2009). "BTS guidelines for the management of community acquired pneumonia in adults: update 2009". Thorax 64 (Suppl 3): iii1–55. doi:10.1136/thx.2009.121434. PMID 19783532. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  34. ^ a b Mandell, LA; Wunderink, RG; Anzueto, A; Bartlett, JG; Campbell, GD; Dean, NC; Dowell, SF; File TM, Jr; Musher, DM; Niederman, MS; Torres, A; Whitney, CG; Infectious Diseases Society of America; American Thoracic Society (1 March 2007). "Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on the management of community-acquired pneumonia in adults". Clinical infectious diseases : an official publication of the Infectious Diseases Society of America 44 (Suppl 2): S27–72. doi:10.1086/511159. PMID 17278083. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  35. ^ Gray, DM; Zar, HJ (May 2010). "Community-acquired pneumonia in HIV-infected children: a global perspective". Current opinion in pulmonary medicine 16 (3): 208–16. doi:10.1097/MCP.0b013e3283387984. PMID 20375782. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  36. ^ Huang, L; Cattamanchi, A; Davis, JL; den Boon, S; Kovacs, J; Meshnick, S; Miller, RF; Walzer, PD; Worodria, W; Masur, H; International HIV-associated Opportunistic Pneumonias (IHOP), Study; Lung HIV, Study (June 2011). "HIV-associated Pneumocystis pneumonia". Proceedings of the American Thoracic Society 8 (3): 294–300. doi:10.1513/pats.201009-062WR. PMC 3132788. PMID 21653531. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)
  37. ^ Green H, Paul M, Vidal L, Leibovici L (2007). "Prophylaxis for Pneumocystis pneumonia (PCP) in non-HIV immunocompromised patients". In Green, Hefziba. Cochrane Database Syst Rev (3): CD005590. doi:10.1002/14651858.CD005590.pub2. PMID 17636808.
  38. ^ Taminato, M; Fram, D; Torloni, MR; Belasco, AG; Saconato, H; Barbosa, DA (November–December 2011). "Screening for group B Streptococcus in pregnant women: a systematic review and meta-analysis". Revista latino-americana de enfermagem 19 (6): 1470–8. PMID 22249684. Unknown parameter |coauthors= ignored (help)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar