PERAWATAN LUKA TERBARU
by: Sabaruddin Berutu Kembang.S.Kep,Ns,CWCCA,CH,CHt
Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah pada orang dewasa 1,2,3.
Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu;
sebagai pelindung, sensasi, komunikasi, termoregulasi, sintesis
metabolik dan kosmetik1. Kulit terdiri dari tiga lapisan
utama yaitu; lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan). Adanya
suatu trauma baik itu secara mekanik, kimia, radiasi dan lainnya akan
menyebabkan struktur kulit rusak dan menimbulkan suatu keadaan yang
disebut sebagai luka. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang luka dan
proses penyembuhan luka serta manajemen luka dengan lingkungan lembab (Moist Wound Healing).
PENGERTIAN LUKA
Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-sel kulit 2. Luka juga dapat diartikan sebagai interupsi kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera 4. Perbandingan gambaran anatomi kulit yang sehat dan terdapat luka dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. (a) Gambaran struktur kulit normal, (b) Gambaran kerusakan struktur kulit
Luka dapat diklasifikasikan secara umum, yaitu; luka akut dan luka kronis 1,9.
Luka akut adalah luka yang sesuai dengan proses penyembuhan yang
normal, yang dapat dikategorikan menjadi luka pembedahan (insisi), non
pembedahan (luka bakar) dan atau trauma. Sedangkan luka kronis adalah
suatu proses penyembuhan luka yang mengalami keterlambatan, misalnya
luka dekubitus, luka diabetik, dan atau leg ulcer. Luka juga dapat
diklasifikasikan dari kedalamanan luka itu sendiri berdasarkan The UK consencious clasiffication of pressure sores yang diadaptasikan juga untuk menggambarkan luka yang lain, seperti pada tabel 1 2.
Tabel 1. Stadium luka berdasarkan The UK consencious
TIPE PENYEMBUHAN LUKA
Luka dapat juga diklasifikasikan berdasarkan dari proses penyembuhan
lukanya. Tipe penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu 1,2,3;
a. Penyembuhan primer
Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada
penyembuhan primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka
ditutup dengan alat bantu. Menghasilkan skar yang minimal. Misalnya;
luka operasi, laserasi dan lainnya.
b. Penyembuhan sekunder
Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara
pengisian jaringan granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini,
terdapat kehilangan jaringan yang cukup luas, menghasilkan scar lebih
luas, dan memiliki resiko terjadi infeksi. Misalnya pada leg ulcers,
multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya
c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier
Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan
perawatan luka/ pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut
termasuk penyembuhan primer yang terlambat. Penyembuhan luka tersier
diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari berikutnya. Misalnya luka
terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk
mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis 5.
Proses ini tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat
lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endegon seperti; umur,
nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik 6. Fase-fase penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase 1,2,5, yaitu;
Gambar 2. Proses penyembuhan luka
1. Fase inflamasi
Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau cedera (0-3 hari).
Pembuluh kapiler yang cedera mengalami kontraksi dan trombosis
memfasilitasi hemostasis. Iskemik pada luka melepaskan histamin dan agen
kimia vasoaktif lainnya yang menyebabakan vasodilatasi disekitar
jaringan. Aliran darah akan lebih banyak ke daerah sekitar jaringan dan
menghasilkan eritema, pembengkakan, panas dan rasa tidak nyaman seperti
rasa sensasi berdenyut. Respon pertahanan melawan patogen dilakukan oleh
PMN (Polimononuklear) atau leukosit dan makrofag ke daerah luka. PMN
akan melindungi luka dari invasi bakteri ketika makrofag membersihkan
debris pada luka.
2. Fase rekontruksi
Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini
dibagi menjadi fase destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastik
fase. Ini merupakan fase dengan aktivitas yang tinggi yaitu suatu
metode pembersihan dan penggantian jaringan sementara. PMN akan
membunuh bakteri patogen dan makrofag memfagosit bakteri yang mati dan
debris dalam usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat
penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat menstimulasi
fibriblastik sel untuk membuat kolagen
Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru.
Kapiler baru yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata atau bergelombang (bumpy).
Migrasi sel epitel terjadi diatas dasar luka yang bergranulasi. Sel
epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut,
kelenjar keringat atau kelejar sebasea dalam luka. Mereka nampak tipis,
mengkilap (translucent film) melewati luka. Sel tersebut sangat
rapuh dan mudah dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada
pembersihan dengan hati-hati. Migrasi berhenti ketika luka menutup dan
mitosis epetilium menebal ke lapisan ke 4-5 yang diperlukan untuk
membentuk epidermis
Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang menggambarkan tepi
luka secara bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka,
sehingga pengurangan jumlah jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi
luka terlihat baik diikuti dengan pelepasan selang drainase luka. Pada
umumnya, 24-48 jam diikuti dengan pelepasan selang drain, tepi dari
sinus dalam keadaan tertutup
3. Fase maturasi
Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya adalah meningkatkan
kekuatan regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase
rekonstruksi yang diorganisir dengan kekuatan regangan yang minimal.
Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-lahan digantikan dengan
bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan kekuatan
regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran
skar. Fase ini biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari sampai 1
tahun.
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan
banyak sel. Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam
penyembuhan semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik
(dekubitus dan ulkus tungkai), luka traumatis (laserasi, abrasi, luka
bakar atau luka akibat pembedahan 13.
Pada gambar 3 dapat dilihat proses penyembuhan luka dari fase
inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi dan pada bagan 1 dapat
dilihat bagaimana fisiologi penyembuhan luka.
Gambar 3. Proses
penyembuhan luka sesuai fase inflamasi (6 jam setelh kecelakaan), fase
proliferatif (hari pertama dan hari kedua), dan fase maturasi (Hari ke
tujuh)14
Bagan 1. Fisiologi penyembuhan luka 9.
MANAGEMEN LUKA
Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang
lembab. Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut metode
konvensional hanya membersihkan luka dengan normal salin atau
ditambahkan dengan iodin povidine, kemudian di tutup dengan kasa kering.
Tujuan manajemen luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi 2.
Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel
pada luka dan menyebabkan rasa sakit pada klien, disamping itu juga
sel-sel yang baru tumbuh pada luka juga rusak.
Manajemen luka yang dilakukan tidak hanya melakukan aplikasi sebuah
balutan atau dressing tetapi bagaimana melakukan perawatan total pada
klien dengan luka. Manajemen luka ditentukan dari pengkajian klien, luka
klien dan lingkungannya serta bagaimana kolaborasi klien dengan tim
kesehatan. Tujuan dari manajemen luka, yaitu 1;
- Mencapai hemostasis
- Mendukung pengendalian infeksi
- Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
- Membuang benda asing
- Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
- Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
- Mempertahankan keseimbangan kelembaban
- Melindungi kulit sekitar luka
- Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan penyembuhan sekunder
Beberapa dekade ini, metode konvensional sudah tidak digunakan lagi,
walaupun masih ada rumah sakit tertentu terutama di daerah yang jauh
dari kota masih menerapkannya. Manajemen luka yang lama diganti dengan
manajemen luka terbaru yang memiliki tujuan salah satunya yaitu
menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk mempercepat proses
penyembuhan luka (moist wound healing).
Perkembangan moist wound healing diawali pada tahun 1962 oleh Winter, yang melakukan penelitian eksperimen menggunakan luka superfisial pada babi 2. Setengah dari luka ini dilakukan teknik perawatan luka kering dan sebagian ditutupi polythene sehingga lingkungan luka lembab. Hasilnya menunjukkan bahwa perawatan luka dengan polythene terjadi
epitelisasi dua kali lebih cepat dari pada perawatan luka kering. Hal
tersebut menunjukkan bahwa lingkungan luka yang kering menghalangi sel
epitel yang migrasi di permukaan luka, sedangkan dengan lingkungan
lembab sel-sel epitel lebih cepat migrasinya untuk membentuk proses
epitelisasi 1,2.
Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan
lingkungan luka tetap lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka1,7. Lingkungan luka yang lembab dapat diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8. Dengan perawatan luka tertutup (occlusive dressing)
maka keadaan yang lembab dapat tercapai dan hal tersebut telah diterima
secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan
yang rasional teori perawatan luka dengan lingkungan luka yang lembab
adalah 6:
- Fibrinolisis; Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan cepat dihilangkan (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
- Angiogenesis; Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis akan bertambah dengan terbentuknya heparin dan tumor nekrosis faktor – alpha (TNF-alpha)
- Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%)
- Pembentukan growth factors yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor (EGF),Fibroblast Growth Factor (FGF) dan Interleukin 1/Inter-1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh magrofag yang berperan pada angiogenesis dan pembentukan stratum korneum. Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor- beta (TGF-beta) yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblast
- Percepatan pembentukan sel aktif; Invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Keuntungan lainnya menggunakan moist wound healing juga akan mengurangi biaya perawatan pada klien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit 2. Untuk menciptakan kelembaban lingkungan luka maka diperlukan pemilihan balutan luka atau dressing yang tepat. Dressing yang ideal digunakan untuk menciptakan lingkungan lembab, yaitu occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8.
Occlusive dressing adalah
penutupan luka dengan menggunakan balutan tertentu seperti transparan
film atau hidrokoloid untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab 2,10. Occlusive dressing memberikan
pengaruh pada luka dengan menjaga kelembaban di dasar luka. Kelembaban
tersebut akan melindungi permukaan luka dengan mencegah kekeringan (desiccation) dan cedera tambahan 11.
Selain itu, balutan tertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi.
Menurut penelitian Holm (1998) pada luka pembedahan abdominal ditemukan
perbedaan signifikan angka kejadian infeksi pada perawatan luka dengan
occlusive dressing (3%) dan perawatan luka konvensional (14%) 12. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al pada tahun 1996, menunjukkan bahwa balutan hidrokoloid dengan occlusive dressinglebih efektif, efisiensi waktu dan cost efektif daripada kasa basah dan kering15.
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban
(moist wound healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan
dasar luka sebelum dilakukan pemasangan graft atau flap konstruksi. Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka atau disebut wound bed preparation adalah
manajemen luka untuk mempercepat penyembuhan endogenous atau untuk
memfasilitasi keefektifan pengukuran terapeutik lainnya 1. Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka dengan wound bed preparation memiliki tahapan-tahapan yang disingkat dengan TIME, yaitu; tissue management (manajemen jaringan), infection or inflammation control (pengendalian infeksi), moisture balance (keseimbangan kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka) 1. Pelaksanaan wound bed preparation dengan TIME, yaitu;
1. Manajemen jaringan
Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen surgikal (sharp debridement), conservative sharp wound debridement (CSWD),
enzimatik debridemen, autolitik debridemen, mekanik debridemen, kimiawi
debridemen dan biologikal atau parasit debridemen
2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
Dapat mengenal dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor)
dan tanda infeksi (eksudat purulen). Balutan yang dapat digunakan untuk
mengembalikan keseimbangan bakteri yaitu; cadexomer iodine
powder/paste/sheet dressing, povidine iodine impregnated tulle gras,
chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated
dressing.
3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan kelembaban pada
lingkungan luka akan mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan
demikian, untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab maka diperlukan
pemilihan balutan atau dressing yang tepat. Pemilihan balutan akan
dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang dilakukan, seperti; apakah
luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat, oedem yang tidak
terkontrol. Berikut balutan yang dapat mengoptimalkan keseimbangan
kelembaban yang dapat digunakan secara occlusive/ tertutup atau compression/ kompresi;
- Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah
- Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium alginate
- Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta, powder dan sheet, foams
- Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan absorben kering, kantung luka/ostomi
4. Kemajuan tepi luka
Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap adanya
pertumbuhan kuman dan hipergranulasi yang dapat menghambat epitelisasi
dan penutupan luka. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengontrol
hipergranulasi sehingga tepi luka dapat menyatu, antara lain;
- Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri
- Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan keseimbangan bakteri
- Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau tape fiksasi
- Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
- Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan hati-hati)
- Topikal kortikosteroid
KESIMPULAN
Kerusakan struktur kulit akibat cedera akan menyebabkan luka. Tubuh
memiliki sistem pertahanan diri untuk mengatasi luka yang timbul akibat
dari cedera melalui beberapa fase proses penyembuhan luka, yaitu; fase
inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi. Pada fase-fase
penyembuhan luka tersebut akan diperlukan manajemen luka yang baik,
Manajemen luka yang baik tidak hanya mengaplikasikan balutan luka tetapi
harus dapat melakukan perawatan luka secara total pada klien dengan
luka. Manajemen luka yang berkembang pesat saat ini adalah perawatan
luka dengan lingkungan luka lembab atau moist wound healing. Untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab maka dapat dipilih jenis pembalutan atau dressing yang tertutup (occlusive dressing).
Tujuan dari moist wound healing, mempercepat migrasi sel epitel yang
mempercepat penutupan luka, meningkatkan proses granulasi, mencegah
infeksi dan mengurangi biaya perawatan. Banyak penelitian yang telah
membuktikan keefektifan menciptakan lingkungan luka yang lembab akan
mempercepat proses penyembuhan luka. Untuk mempersiapkan dasar luka atau
wound bed preparation maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut;
manajemen jaringan, pengendalian infeksi atau inflamasi, menciptakan
lingkungan luka lembab, dan kemajuan tepi luka atau dikenal dengan wound bed preparation dengan metode TIME (Tissue management, Infection controll, moist healing wound, edge of wound).
Metode TIME akan memberikan perawat spesialis perawatan luka
mempersiapkan pilihan balutan yang dapat menyokong proses penyembuhan
luka, Beberapa balutan yang dapat digunakan dalam moist wound healing
dengan occlusive dressing adalah hidrokoloid, hidrofiber, kalsium
alginat, foam dan lainnya. Maka manajemen luka dengan lingkungan luka
yang lembab akan mengoptimalkan kesembuhan luka klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carville K. Wound care: manual. 5th ed. Osborne Park:Silver Chain Foundation; 2007.p. 20-9
2. Rainey J.Wound care: a handbook for community nurses. Philadelphia: Whurr Publisher; 2002. p. 10-1.
3. Tortora GJ, Grabowski SR. Structure and function of skin. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20] Availabel from; URLhttp://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/structure-and-function-of-the-skin.aspx
4. Wound Care Solutions Telemedicine. Wounds. [Online]. 2010 [citez 2010 april 31]; Availabel from; URL http://www.woundcaresolutions-telemedicine.co.uk/wounddefinition.php
5. Hutchinson J. Phase of wound healings. [Online]. 1992 [Cited 2010 april 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-of-wound-healing.aspx
6. Gitarja WS. Perawatan luka diabetes: seri perawatan luka terpadu. Bogor: Wocare Indonesia; 2008. P. 18-3.
7. Convatec. Moist wound healing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.convatec.com/en/cvtus-mstwndheus/cvt-portallev1/0/detail/0/1499/1808/moist-wound-healing.html/
8. Clinimed. Theory of moist wound healing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/theory-of-moist-wound-healing.aspx
9. Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: STIKEP Muhammadiyah; 2007. P. 34
10. Family practice notebook. Occlusive dressing. [Online]. 2010 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.fpnotebook.com
11. Rheinecker S. Wound managemen; the occlusive dressing. 2010 [Cited 2010 April 20]. Available from; www.ncbl.nlm.90/articles/PMC1317847/
12. Burrows E. Effectiveness of occlusive dressings versus non-occlusive
dressings for reducing infections in surgical wounds. [Online]. 2010
[Cited 2010 April 20]. Availabel from; URLhttp://www.med.monash.edu/publichealth/cce
13. Morrison MJ. Manajemen luka; seri pedoman praktis. Jakarta: EGC; 2003. P. 11-1
14. Becker D. Wound healing. [Online]. 2005 [Cited 2010 April 20]. Availabel from; URL http://www.anat.ucl.ac.uk/business/becker1.shtml
15. Kim YC, Shin JC, Park CI, Oh SH, Choi SM, Kim YS. Efficacy of
hidrocolloid occlusive dressing technique in decubitus ulcer treatment: a
comparative study. Yonsei Medical Journal 1996;37(3):185-181.n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar