Rabu, 03 Juni 2015

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan



Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
               Sistem informasi kesehatan merupakan integrasi antara perangkat, prosedur  dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan masyarakat. seluruh tingkat pemerintah dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada
               Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1.     Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2.     Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
3.     Health worksforce (tenaga medis)
4.     Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5.     Health information system (sistem informasi kesehatan)Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)


Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
            Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1.                   Mendukung manajemen kesehatan
2.                   Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3.                   Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4.                   Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision)
5.                   Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6.                   Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7.                   Membantu penilaian transparansi

Prinsip-prinsip penyelenggaraan informasi kesehatan
1.     Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan atau pun dari berbagai sektor pembangunan lain.
2.     Mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang administrasi kesehatan.
3.     Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan kepeutusan.
4.     Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5.     Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan datamelalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei dan lain-lain).
6.     Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
            Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1.     Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2.     Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
8.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9.     Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10.                        Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
11.                        Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
            Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1.     Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2.     Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3.     Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4.     Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5.     Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain.
6.     Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.

            Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan mengenai:
1.     Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2.     Penerimaan kasir secara periodik,
3.     Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien,
4.     Rekam medis pasien,
5.     Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),
6.     Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
7.     Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
8.     Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
9.     Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
10.                        Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
11.                        Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),

            Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan tersebut dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain:
1.     Comma separated value (CSF), Data Interchange Format (DIF),
2.     Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),
3.     HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard),
4.     Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),
5.     ODBC,
6.     Rich Text Format (RTF),
7.     ext,
8.     Word for Windows Document.

Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
            Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1.     Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2.     Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3.     Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4.     Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
5.     Terjaminnya konsistensi data.
6.     Orientasi ke masa depan.
7.     Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.
SIRS merupakan suatu sistem informasi yang cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.

Sistem Informasi Puskesmas
            Pada manajemen ditingkat puskesmas dalam rangkat terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan manajemen puskesmas yang baik.
            Manajemen puskesmas adalah rangkaiaan kegiatan yang bekerja secara sistematis utuk menghasilkan iuran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan yang sistematis dilaksanakan oleh puskesmas dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen. Pada tahap fungsi pelaksanaan dan pengendalian dilakukan kegiatan pemantauan yaitu sesuatu penyelenggaran kegiatan yang harus diikuti secara berkala. Salah satu kegiatan adalah telahan internal yaitu telahan bulanan terhadp penyelenggara kegiatan dan hasil yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan setandar pelayanan.
            Data yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau SIMPUS yang berlaku. Sisem informasi manajemen puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.
Sumber informasi dari SIMPUS adalah:
1.     Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas atau SP2TP terdiri dari catatan dari kartu individu, rekam kesehatn keluarga dan buku register, laporan bulanan, laporan tahunan dan KLB.
2.     Survei lapangan
3.     Laporan lintas sektor
4.     Laporan sarana kesehatan swasta
Pada fungsi Pengawasan dilakukan penilaian atau evaluasi yaitu proses kegiatan untuk membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Penilaian merupakan alat penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat pelaksanan program.

Sistem Informasi KIA
            Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas menggunakan pendekatan paralel yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengoperasikan sistem yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama selama satu periode waktu tertentu.
            Kedua sisitem ini dioperasikan bersama-sama untuk meyakinkan bahwa sistem yang baru telah benar-benar beroperasi dengan suskses sebelum sistem lama dihentikan. Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi utuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas dilakukan sesuai dengan rancangan multiuser. Adapun prosedurna sebagai berikut:
1.     Pasien didaftar kebagian pendaftaran, kemudian bagian pendaftaran meneruskan pencatatan status pasien kepada bagian pengelola data KIA.
2.     Kemudian pasien menuju bagian pengelola data KIA, dan dilakukan pengisian data pasien sesuai kebutuhan melalui input data master ibu, kecamatan, petuas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan data ibu hamil, data persalinan, data bayi, dat kunjungan ibu dan data kunjungan bayi.
3.     Setelah beberapa waktu yang ditentukan penanggungjawab program KIA dapatmelakukan pengisian data sesuai dengan pelayanan yang diberikan baik kepada ibu maupun bayi.
4.     Dari data yang telah terisis tersebut diperoeh isian laporan bulanan kegiatan KIA dipuskesmas dalam waktu kurun tertentu.


Rencana Sistem Informasi KIA
Rencana sistem informasi layanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas:
1.     Basis yang dikembangkan adalah berupa master data yang bersifat statis yaitu kecamatan, puskesmas, desa, proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan,  dan data ibu/calon ibu. Dan dikembangkan basis data dinamis berupa file-file pada kegiatan transaksi.
2.     Input pengelola data KIA berupa master data kecamatan, puskesmas, desa,  proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan,  dan data ibu/calon ibu.
3.     Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi: laporan bulanan KIA, laporan bulanan PWS KIA anak PWS KIA ibu, laporan bulanan SPM, laporan bulanan kelahiran dan kematian, lapran bulanan penemuan kasus BBLR, laporan penemuan tetanis neonatorum, laporan bulanan kematian ibu, laporan bulanan register kematian perinatal (0-7) hari, laporan bulanan rekapitulasi lacakan kematian neonatal.
4.     Antar muka memberikan bentuk tampilan awal bagi user untuk memulai bekerja dengan komputer.
5.     Sistem Informasi Pelayanan KIA di Puskesmas
6.     Hasil sistem informasi kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas.

Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
1.     Faktor Pemerintah
a.     Standar SIK belum ada sampai saat
b.     Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
c.      Belum ada rencana kerja SIK nasional
d.     Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam
2.     Fragmentasi
a.     Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat.
b.     Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
c.      Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
d.     Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional.
3.     Sumber daya masih minim

Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut :
1.            Era Manual (sebelum 2005)
a.     Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan.
b.     Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan.
c.      Bentuk data : agregat.
d.     Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
e.     Sangat beragamnya bentuk laporan.
f.       Validitas diragukan.
g.     Data sulit diakses.
h.     Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.
i.        Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2.            Era Transisi (2005 – 2011)
a.     Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
b.     Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
c.      Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
d.     Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.
3.            Era Komputerisasi (mulai 2012)
a.     Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
b.     Data inbdividual (disagregat).
c.      Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di pusat (e-Helath).
d.     Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
e.     Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
f.       Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
g.     Lebih ramah lingkungan.



Manajemen Data Kesehatan
            Manajenmen Data adalah Rangkaian kegiatan pengelolaan data mulai dari kegiatan  pencatatan, pengumpulan, pengolahan, analisis data hingga menjadi suatu informasi. Tahapannya dari Manajemen data adalah
1.                       Pencatatan Data
2.                       Pengumpulan Data
3.                       Pengolahan Data termasuk didalamnya analisis data
4.                       Penyajian/visualisasi Data
5.                       Pemantauan dan Umpan Balik

Sistem Aplikasi Daerah
            Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
2.        Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
3.        Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
4.        Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
5.        Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
6.        Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
7.        Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
8.        Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
9.        Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
10.   Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan

Kegiatan Manajemen Data
Kegiatan manajemen data mencakup :
1.         Pengumpulan data
Data yang telah terkumpulkan dan yang diperlukan sebaiknya dikumpulkan atau dicatat dalam sebuah formulir yang dapat kita sebut dengan dokumen sumber yang berfungsi sebagai masukan atau inputan bagi system.
2.         Integritas dan pengujian
Terlebih dahulu data yang telah terkumpulkan tersebut diperiksa dahulu untuk meyakinkan konsistensi dan akurasinya berdasarkan peraturan – peraturan dan kendala yang telah ditentukan sebelumnya.
3.         Penyimpanan
Sebaiknya data disimpan pada suatu media, seperti media magnetic atau piringan magnetic.
4.         Pemeliharaan
Data baru ditambahkan , data yang sudah ada diubah dengan sewajarnya dan data yang sudah tidak dibutuhkan lagi dapat dihapus hal ini berguna agar sumber daya data tetap mutakhir maka dibutuhkan pemeliharaan.
5.         Keamanan
Pentingnya menjaga keamanan data adalah untuk mencegah kehancuran, kerusakan, atau penyalahgunaan data
6.         Organisasi
Data yang sudah terkumpulkan sebaiknya disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
7.         Pengambilan
Maksudnya data telah tersedia bagi para pemakai.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
            Sistem pengelolaan data/informasi terkait pada Sistem Manajemen dan Prosedur Kerja instansi mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi.
Guna mendukung Pengembangan SIK berbasis database berikut langkah-langkah yang akan ditempuh :
1.         Meninjau kembali Sistem yang ada (Reviewing the existing system)
Langkah awal yang harus dilaksanakan dengan meninjau kembali sistem yang ada dengan melihat apakah sistem saat ini telah ada kita tidak dapat serta merata membangun sistem baru melainkan harus melihat kedalam apakah saat ini sudah ada sistem yang dilaksanakan
2.         Menentukan kebutuhan data (Defining data needs)
Langkah kedua yang kita laksanakan ialah melihat setiap tingkatan administratif memiliki peran yang tidak sama, sehingga kebutuhan data akan berbeda-beda. Tidak semua kebutuhan data dapat dipenuhi melalui sistem pengumpulan data rutin. Data yang jarang dikumpulkan atau hanya diperlukan untuk suatu kecamatan tertentu dapat diperoleh melalui penelitian atau survei menggunakan sampel.
3.         Faktor-faktor yang mempengaruhi alur data (Determining the data flow)
Langkah ketiga yang kita lakukan yaitu melihat faktor-faktor yang mempengaruhi alur data dimana tidak semua data yang terkumpul pada puskesmas tertentu harus di kirim ke Dinas Kesehatan diatasnya. Data paling rinci disimpan sebagai arsip ditempat yang telah ditentukan, penyampaian laporan ke Dinas Kesehatan sebaiknya sesuai dengan kesepakatan bersama data apa yang harus dikirim.


4.         Desain pengumpulan dan cara pelaporan data (Designing the data
collection and reporting tools)
Langkah keempat mendesain pengumpulan dan cara pelaporan data. Prinsip yang perlu kita penuhi guna mendesain pengumpulan dan cara pelaporan data yaitu : Staf yang bertugas untuk mengisi formulir laporan harus mempunyai pemahaman yang baik mengenai maksud dari formulir tersebut. Sekiranya Pengumpulan dan pelaporan data sefektif mungkin, sederhana dan lengkap.
5.         Pengembangan prosedur pemerosesan data (Developing procedures for data processing)
Langkah kelima Mengembangkan prosedur pemerosesan data dimana data Sistem Informasi yang kita rencanakan diproses secara konsisten sesuai dengan tujuan pengumpulan, perencanaan, analisis dan pemanfaatan data.
6.         Mengembangkan program pelatihan (Developing the training programme)
Langkah keenam Mengembangkan program pelatihan dengan tunjuan meningkatkan sumber daya pelaksana dengan merancang pelatihan sesuai dengan tingkatan pengetahun pengelola.
7.         Ujicoba sistem (Pre-testing the system)
Salah satu tahapan penting dalam pengembangan suatu Sistem Informasi yaitu Uji coba sistem sebelum diimplementasikan, suatu sistem harus diujicoba pada kondisi yang mencerminkan kondisi sebenarnya.
8.         Monitoring dan Evaluasi pada sistem (Monitoring and evaluating the system)
Tujuan dari monitoring dan evaluasi tidak hanya fokus pada mencari kesalahan dan kekurangan pada sistem tetapi terhadap aspek-aspek lain yang mendukung secara tidak langsung. Cara ini sangat baik dilaksanakan untuk dapat mengidentifikasi kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan uji coba suatu sistem.

9.         Mengembangkan mekanisme diseminasi dan umpan balik data (Developing data dissemination and feedback mechanisms)
Cara efektif untuk memotivasi para pengolah data pada level terendah seperti Puskesmas adalah dengan terus menerus memberikan umpan balik baik positif dan negatif mengenai data yang telah mereka hasilkan.
10.     Mengembangkan sistem informasi dan manajemen kesehatan (Enhancing the Health Management Information Systems)
Pengembangan sistem informasi manajemen kesehatan akan selalu berkembang, dimana para pelaku yang terlibat di bidang ini akan selalu mencoba untuk mengembangkannya mengikuti trend yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar